IBX5AF993069F89B sastraindonesia: kajian struktural genetik, puisi tuhan kita begitu dekat karya abdul hadi

Pages

Wednesday, May 16, 2018

kajian struktural genetik, puisi tuhan kita begitu dekat karya abdul hadi


KAJIAN PUISI
ANALISIS PUISI SIMBOL STRUKTUR GENETIK
DOSEN PENGAMPU : SAPTIANA SULASTRI, M.Pd


OLEH
RIFKI ARDIYANTO            311610025


                                                            


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
PONTIANAK
2017


Tuhan, Kita Begitu Dekat
Karya : Abdul Hadi Wiji Muthari

Tuhan
Kita begitu dekat
Sebagai api dan panas
Aku panas dalam apimu                  

Tuhan
Kita begitu dekat
Seperti kain dan kapas
Aku kapas dalam kainmu

Tuhan
Kita begitu dekat
Seperti angin dan arahnya
Kita begitu dekat
Dalam gelap
Kini aku nyala
Pada lampu padammu

A.    Unsur Intrinsik
a.       Tema
Tema merupakan gagasan pokok yang dikemukakan oleh penyair. Pada puisi “Tuhan, Kita Begitu Dekat” penyair menggunakan tema ketuhanan, karena terdapat pada beberapa bait sang menyair mengatakan “Tuhan, Kita Begitu Dekat”. Bait “Tuhan, Kita Begitu Dekat” dalam puisi tersebut diulang tiga kali, hal ini menunjukkan bahwa antara penyair dan Tuhan telah terjalin komunikasi yang erat. Kita dapat merasakan dekat atau tidaknya dengan Tuhan ukuranya adalah selalu berbuat baik dimana saja, kapan saja, dan dengan siapa pun, karena merasa dirinya selalu diawasi Tuhan dimana saja ia berpijak.

b.      Nada
Nada adalah sikap penyair dalam menyampaikan puisi terhadap pembaca. Pada puisi “Tuhan, Kita Begitu Dekat” sikap penyair terhadap pembaca adalah tenang dan tulus karena dia mengungkapkan betapa dekatnya dia dengan Tuhannya. Seperti pada bait ketiga yang berbunyi “Seperti angin dengan arahnya”.

c.       Diksi
Penyair dalam menuliskan puisi Tuhan, kita begitu dekat
Penyair disini mempergunakan dalam setiap bait mempunyai awalan kalimat yang sama sebagai contoh dari bait 1, 2 dan 3 penyair menuliskan Tuhan, kita begitu dekat, penyair mengungkapkan betapa dekat sekali Dia dengan Tuhan

d.      Ritme
Ritma yang terdapat dalam puisi di atas yaitu sang penulis menunjukan ada persamaan sajak diawal dan di akhir setiap bait dari bait pertama dan kedua yang menunjukan a-b-a-b



Tuhan
Kita begitu dekat
Sebagian api dengan panas
Aku panas dalam apimu

Tuhan
Kita begitu dekat
Seperti kain dan kapas
Aku kapas dalam kainmu

e.       Pengimajian
Dalam puisi Tuhan, kita begitu dekat ada beberapa imaji yang membentuk dalam puisi tersebut yaitu
-          Kita begitu dekat (imaji rasa) bait pertama baris ke-2
-          Aku panas dalam apimu (imaji rasa) bait pertama baris k-4
-          Aku kapas dalam kainmu (imaji rasa) bait ke-2 baris ke-4
-          Seperti kain dan kapas (imaji penglihatan) bait ke-2 baris ke-3
-          Seperti angin dan arahnya (imaji penglihatan) bait ke-3 baris ke-3
-          Dalam gelap (imaji penglihatan) bait ke-3 baris ke-5
-          Kini aku nyala (imaji rasa) bait k-3 baris ke-6
-          Pada lampu padammu (imaji penglihatan) bait ke-3 baris ke-7

f.       Gaya bahasa
1.      Metafora
metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat
contohnya
Sebagai api dengan panas
Aku panas dalam apimu
Pada bait tersebut menunjukkan hubungan yang melekat dan menyatu antara api dengan panas yang merupakan perbandingan hubungan kedekataan antara manusia dengan Tuhan.
Seperti kain dengan kapas
Aku kapas dalam kainmu

Seperti angin dan arahnya

Pada bait tersebut menunjukkan kedekatan hubungan antara satu benda dengan benda lainnya yang menyatu dan suli tuntuk dipisahkan. Kalimat-kalimat tersebut merupakan perbandingan hubungan antar amanusia dengan Tuhan yang telah menyatu dan sulit untuk dipisahkan. Jadi, dapat diartikan bahwa manusia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Tuhan sebagai pemilik kehidupan. Tuhan sebagai pemilik yang menghidupi semua kehidupan, dan sumber hidup itu merupakan arah yang harus dituju manusia sesuai dengan petunjuk arahan Tuhan.

2.      Persinifikasi
Personifikasi adalah bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang seolah-olah memiliki sifat-sifat kemanusiaan. Benda-benda mati itu seolah-olah bisa berperilaku, berperasaan, dan memiliki karakter manusia lainnya.
Contohnya pada puisi diatas yaitu

Dalam gelap
Kini aku nyala
Pada lampu padammu
                        
Pada frase “nyalalampu" berfungsi sebagai simbol pencerahan wilayah"gelap". Secara signifikan "nyalalampu" merupakan personifikasi  bernyalanya rasa keimanan manusia kepada Tuhan. Hanya rasa keimananlah yang mampu mendekatkan hubungan antara manusia dengan Tuhan.

3.      Asonansi
asonansi adalah pengulangan bunyi vokal yang sama pada rangkaian kata yang berdekatan dalam satu baris.
Sebagai api dengan panas 
Aku panas dalam apimu
Seperti kain dengan kapas
Pada lampu padam mu
Pada penggalan puisi tersebut terdapat asonansi /a/ yaitu pada kata sebagai, api, dengan, panas, aku, dalam, kain, kapas, pada, lampu, dan padammu. Bunyi-bunyi ini dipergunakan penyair untuk mendapatkan efek puitis atau nilai seni. Fonem /a/ sering dimunculkan penyair yang bermaksud menimbulkan nada dan suasana gembira karena penyair sangat senang bisa selalu dekat dengan Tuhan.

g.      Kata konkret
Kata konkret yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji, kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang
Misalnya kata konkret “angin” melambangkan pergerakan,hembusan dengan arahan bertujuan untuk maksud tertentu. Kata konkret “api dan panas” melambangkan antara Tuhan dan Manusia satu kesatuan yang berhubungan erat.

h.      Amanat
Amanat adalah maksud yang hendak disampaikan atau himbauan yang hendak disampaikan penyair. Pesan yang terdapat dalam puisi “Tuhan, Kita Begitu Dekat” adalah hendaknya kita selalu meningkatkan rasa keimanan kepada Tuhan. Hubungan kedekatan antara manusia dengan Tuhan dapat terjalin erat yang didasarkan pada dimensi keimanan manusia kepada Tuhan. Hanya rasa keimananlah yang mampu mendekatkan hubungan antara manusia dengan Tuhan.

B.     Unsur Ekstrinsik
1.      Biografi pengarang
Prof. Dr. Abdul Hadi WM atau nama lengkapnya Abdul Hadi Wiji Muthari lahir di Sumenep, 24 Juni 1946 adalah salah satu sastrawan, budayawan dan ahli filsafat Indonesia Ia dikenal melalui karya-karyanya yang bernafaskan sufistik, penelitian-penelitiannya dalam bidang kesusastraan Melayu Nusantara dan pandangan-pandangan tentang islam sekitar tahun 1970-an, para pengamat menilainya sebagai pecipta puisi sufis karna memang menulis tentang kesepian, kematian, dan waktu

2.      Unsur nilai
Nilai yang terkandung nilai agama
Sang penulis mengajak kepada pembaca untuk lebih taat kepada Tuhan dengan meningkatkan rasa keimanan kita terhadap Tuhan mengajak kepada umat manusia agar lebih taat dan dekat dengan Tuhan.

1 comment: