KAJIAN PUISI
ANALISIS PUISI SIMBOL STRUKTUR GENETIK
DOSEN PENGAMPU : SAPTIANA SULASTRI, M.Pd
OLEH
RIFKI
ARDIYANTO 311610025

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
PONTIANAK
2017
Tuhan, Kita Begitu
Dekat
Karya : Abdul Hadi Wiji
Muthari
Tuhan
Kita
begitu dekat
Sebagai api dan panas
Aku panas dalam apimu
Tuhan
Kita
begitu dekat
Seperti
kain dan kapas
Aku
kapas dalam kainmu
Tuhan
Kita
begitu dekat
Seperti
angin dan arahnya
Kita
begitu dekat
Dalam
gelap
Kini
aku nyala
Pada
lampu padammu
A.
Unsur
Intrinsik
a.
Tema
Tema
merupakan gagasan pokok yang dikemukakan oleh penyair. Pada puisi “Tuhan, Kita
Begitu Dekat” penyair menggunakan tema ketuhanan, karena terdapat pada beberapa
bait sang menyair mengatakan “Tuhan, Kita Begitu Dekat”. Bait “Tuhan, Kita
Begitu Dekat” dalam puisi tersebut diulang tiga kali, hal ini menunjukkan bahwa
antara penyair dan Tuhan telah terjalin komunikasi yang erat. Kita dapat
merasakan dekat atau tidaknya dengan Tuhan ukuranya adalah selalu berbuat baik
dimana saja, kapan saja, dan dengan siapa pun, karena merasa dirinya selalu
diawasi Tuhan dimana saja ia berpijak.
b.
Nada
Nada
adalah sikap penyair dalam menyampaikan puisi terhadap pembaca. Pada puisi
“Tuhan, Kita Begitu Dekat” sikap penyair terhadap pembaca adalah tenang dan
tulus karena dia mengungkapkan betapa dekatnya dia dengan Tuhannya. Seperti
pada bait ketiga yang berbunyi “Seperti angin dengan arahnya”.
c.
Diksi
Penyair
dalam menuliskan puisi Tuhan, kita begitu dekat
Penyair
disini mempergunakan dalam setiap bait mempunyai awalan kalimat yang sama
sebagai contoh dari bait 1, 2 dan 3 penyair menuliskan Tuhan, kita begitu
dekat, penyair mengungkapkan betapa dekat sekali Dia dengan Tuhan
d.
Ritme
Ritma yang terdapat dalam puisi di atas
yaitu sang penulis menunjukan ada persamaan sajak diawal dan di akhir setiap
bait dari bait pertama dan kedua yang menunjukan a-b-a-b
Tuhan
Kita
begitu dekat
Sebagian
api dengan panas
Aku
panas dalam apimu
Tuhan
Kita
begitu dekat
Seperti
kain dan kapas
Aku
kapas dalam kainmu
e.
Pengimajian
Dalam puisi
Tuhan, kita begitu dekat ada beberapa imaji yang membentuk dalam puisi tersebut
yaitu
-
Kita
begitu dekat (imaji rasa) bait pertama baris ke-2
-
Aku
panas dalam apimu (imaji rasa) bait pertama baris k-4
-
Aku
kapas dalam kainmu (imaji rasa) bait ke-2 baris ke-4
-
Seperti
kain dan kapas (imaji penglihatan) bait ke-2 baris ke-3
-
Seperti
angin dan arahnya (imaji penglihatan) bait ke-3 baris ke-3
-
Dalam
gelap (imaji penglihatan) bait ke-3 baris ke-5
-
Kini
aku nyala (imaji rasa) bait k-3 baris ke-6
-
Pada
lampu padammu (imaji penglihatan) bait ke-3 baris ke-7
f.
Gaya
bahasa
1. Metafora
metafora
adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam
bentuk yang singkat
contohnya
Sebagai
api dengan panas
Aku panas dalam apimu
Aku panas dalam apimu
Pada bait tersebut menunjukkan hubungan yang melekat dan
menyatu antara api dengan panas yang merupakan perbandingan hubungan kedekataan
antara manusia dengan Tuhan.
Seperti
kain dengan kapas
Aku kapas dalam kainmu
Aku kapas dalam kainmu
Seperti angin dan arahnya
Pada bait tersebut menunjukkan kedekatan hubungan antara
satu benda dengan benda lainnya yang menyatu dan suli tuntuk dipisahkan.
Kalimat-kalimat tersebut merupakan perbandingan hubungan antar amanusia dengan
Tuhan yang telah menyatu dan sulit untuk dipisahkan. Jadi, dapat diartikan
bahwa manusia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Tuhan sebagai
pemilik kehidupan. Tuhan sebagai pemilik yang menghidupi semua kehidupan, dan
sumber hidup itu merupakan arah yang harus dituju manusia sesuai dengan
petunjuk arahan Tuhan.
2. Persinifikasi
Personifikasi adalah bahasa kiasan
yang menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang seolah-olah
memiliki sifat-sifat kemanusiaan. Benda-benda mati itu seolah-olah bisa
berperilaku, berperasaan, dan memiliki karakter manusia lainnya.
Contohnya pada puisi diatas yaitu
Dalam
gelap
Kini aku nyala
Pada lampu padammu
Kini aku nyala
Pada lampu padammu
Pada frase “nyalalampu" berfungsi sebagai simbol
pencerahan wilayah"gelap". Secara signifikan "nyalalampu"
merupakan personifikasi bernyalanya rasa keimanan manusia kepada Tuhan.
Hanya rasa keimananlah yang mampu mendekatkan hubungan antara manusia dengan
Tuhan.
3. Asonansi
asonansi
adalah pengulangan bunyi vokal yang sama pada rangkaian kata yang berdekatan
dalam satu baris.
Sebagai
api dengan panas
Aku panas dalam apimu
Seperti kain dengan kapas
Pada lampu padam mu
Aku panas dalam apimu
Seperti kain dengan kapas
Pada lampu padam mu
Pada penggalan puisi tersebut
terdapat asonansi /a/ yaitu pada kata sebagai, api, dengan, panas, aku, dalam,
kain, kapas, pada, lampu, dan padammu. Bunyi-bunyi ini dipergunakan penyair
untuk mendapatkan efek puitis atau nilai seni. Fonem /a/ sering dimunculkan
penyair yang bermaksud menimbulkan nada dan suasana gembira karena penyair
sangat senang bisa selalu dekat dengan Tuhan.
g.
Kata
konkret
Kata konkret yaitu kata yang dapat
ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji, kata-kata ini
berhubungan dengan kiasan atau lambang
Misalnya kata konkret “angin”
melambangkan pergerakan,hembusan dengan arahan bertujuan untuk maksud tertentu.
Kata konkret “api dan panas” melambangkan antara Tuhan dan Manusia satu
kesatuan yang berhubungan erat.
h.
Amanat
Amanat
adalah maksud yang hendak disampaikan atau himbauan yang hendak disampaikan penyair. Pesan yang terdapat dalam puisi
“Tuhan, Kita Begitu Dekat” adalah hendaknya kita selalu meningkatkan rasa
keimanan kepada Tuhan. Hubungan kedekatan antara manusia dengan
Tuhan dapat terjalin erat yang didasarkan pada dimensi keimanan manusia kepada
Tuhan. Hanya rasa keimananlah yang mampu mendekatkan hubungan antara manusia
dengan Tuhan.
B.
Unsur
Ekstrinsik
1.
Biografi
pengarang
Prof. Dr. Abdul
Hadi WM atau nama lengkapnya Abdul Hadi Wiji Muthari lahir di Sumenep, 24 Juni
1946 adalah salah satu sastrawan, budayawan dan ahli filsafat Indonesia Ia
dikenal melalui karya-karyanya yang bernafaskan sufistik,
penelitian-penelitiannya dalam bidang kesusastraan Melayu Nusantara dan
pandangan-pandangan tentang islam sekitar tahun 1970-an, para pengamat
menilainya sebagai pecipta puisi sufis karna memang menulis tentang kesepian,
kematian, dan waktu
2.
Unsur
nilai
Nilai yang
terkandung nilai agama
Sang penulis
mengajak kepada pembaca untuk lebih taat kepada Tuhan dengan meningkatkan rasa
keimanan kita terhadap Tuhan mengajak kepada umat manusia agar lebih taat dan
dekat dengan Tuhan.
trimakasih kak
ReplyDelete