IBX5AF993069F89B sastraindonesia: kajian struktural genetik pada puisi ws rendra , pembungkus tempe

Pages

Wednesday, May 16, 2018

kajian struktural genetik pada puisi ws rendra , pembungkus tempe


TUGAS INDIVIDU
 “Analisis Kajian struktural Genetik dalam Puisi “Pembungkus Tempe
“Karya W.S. Rendra





Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Kajian Puisi
Dosen Pengampu : Saptiana Sulastri, M.Pd.

OLEH
                                  Rifki Ardiyanto                (311610025)
                                  Kelas A Sore/ Semester III

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
(IKIP PGRI) PONTIANAK
2017

Pembungkus Tempe

Karya: W.S. Rendra

Fermentasi asa
Mengharap sempurna
Bentuk utuh nan konyol
Rasa, karsa tempe

Pembungkus yang berjasa
Penuh kisah bertulis duka lara
Dibuang tanpa dibaca

Pembungkus tempe
Bukan plastik tapi kertas usang tak terpakai
Masihkah ada yang membelai sebelum membuangnya?



Dalam menganalisis melalui kajian Struktural Genetik harus melalui beberapa tahap yaitu:
1.      Menganalisis Unsir Intrinsik Puisi
Analisis Puisi berjudul “Pembungkus Tempe” karya “W.S. Rendra”
1)      Tema (sense)
merupakan gagasan utama dari puisi baik itu yang tersirat maupun yang tersurat. Tema merupakan gagasan pokok pikiran penyair.
Di dalam puisi “pembungkus tempe karya W.S. Rendra tema tema yang terkandung adalah “Perjuangan” bagian puisi yang mendukung adanya tema perjuangan terletak pada ” Fermentasi asa Mengharap sempurna” pada hakikat sebenarnya dimana fermentasi merupakan proses kedelai menjadi tempe demikian  pada kedua baris tersebut penyair menceritakan sebuah usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh keberhasilan. “Pembungkus yang berjasa” baris tersebut mengibaratkan jasa seseorang, dapat di ambil kesimpulan dari baris tersebut ada perjuangan yang di lakukan dan memberi dampak sebuah jasa.
2)      Rasa atau nada
merupakan sentuhan perasaan penulisannya dalam bentuk kepuasan, kesedihan, kemarahan, keheranan, dan yang lainnya. Di dalam puisi di atas rasa atau nadanya adalah sebagai berikut:
·         Pengharapan, penulis menggambarkan sosok seseorang yang mengharap keberhasilan pada suatu usahanya, terdapat pada baris pertama dan kedua bait pertama “Fermentasi asa Mengharap sempurna
·         Kesedihan, penulis menggambarkan perjuangan yang keras dan penuh beban duka, namum bertambah dukanya lagi perjuangan tersebut tidak di hargai, terlukiskan pada puisi bait kedua “Pembungkus yang berjasa Penuh kisah bertulis duka lara Dibuang tanpa dibaca
3)      Pesan atau Amanat
merupakan suatu yang ingin disampaikan oleh penyair melalui karyanya agar dapat menjadi motivasi positif bagi pembacanya.
Dalam puisi di atas dapat kita ambil amanat/ pesan yaitu :
·         Dalam melakukan suatu hal atau usaha baik itu untuk kita secara individu ataupun untuk orang lain, keras tidaknya usaha, tidak perlu menuntut balasan ataupun penghargaan dari orang lain, tetapi iklaslah tanpa penghargaan, yang terpenting betapa bermanfaatnya hal itu untuk orang lain karena setiap perbuatan baik pasti akan mendapatkan hal baik pula.
·         Biarlah orang memandangmu seperti hal tak berguna. Mereka hanya tidak sadar dengan kegunaanmu, maka teruslah berkarya jika hal itu baik adanya.
·         Kita harus dapat menghargai seseorang, sekecil apapun hal tersebut.
4)      irama (ritme)
adalah pergantian tinggi rendah, panjang pendek, dan keras lembut ucapan bunyi. Timbulnya irama disebabkan oleh perulangan bunyi secara berturut-turut dan bervariasi (misalnya karena adanya rima, perulangan kata, perulangan bait), tekanan-tekanan kata yang bergantian keras lemahnya (karena sifat-sifat konsonan dan vokal), atau panjang pendek kata.
Pada puisi di atas terdapat beberapa vokal yang menyebabkan puisi terdengar memiliki vokal yang berfariasi.
·         Pada bait pertama
Fermentasi asa (pada vokal “A” di akhir baris pertama nada mengayun serta menguat)
Mengharap sempurna (pada baris kedua vokal “A” si akhir baris ,mengayun dan melemah)
Bentuk utuh nan konyol (pada baris ini terdengar datar)
Rasa, karsa tempe (pada vokal “A” di kata “rasa” vokal menguat dan vokal “E” pada akhir baris vokal melemah)
·         Pada bait kedua
Pembungkus yang berjasa
Penuh kisah bertulis duka lara
Dibuang tanpa dibaca
Di bait kedua ketiga baris berakhiran vokal “A” dimana ketiganya memiliki vokal yang melemah
·         Pada bait ketiga
Pembungkus tempe (nada datar)
Bukan plastik tapi kertas usang tak terpakai (nada melemah pada baris ini
Masihkah ada yang membelai sebelum membuangnya? (nada pada vokal “A” di akhir baris terdengar mengayun dan melemah)

5)      Citraan (pengimajian)
merupakan gambaran-gambaran yang ada di dalam pikiran penyair. Setiap gambar pikiran disebut citra atau imaji. Gambaran pikiran ini merupakan sebuah efek dalam pikiran yang sangat menyerupai gambaran yang dihasilkan oleh penangkapan kita terhadap sebuah objek yang bisa dilihat oleh mata.
·         Citra penglihatan
Bentuk utuh nan konyol (bentuk dari tempe, dapat di lihat)
Pembungkus yang berjasa (pembungkus dapat dilihat)
Dibuang tanpa dibaca
Bukan plastik tapi kertas usang tak terpakai
·         Citra rasa
Rasa, karsa tempe
6)      Majas 
merupakan cara penyair menjelaskan pikiran dan perasaannya dengan gaya bahasa yang sangat indah dalam bentuk puisi.
·         Majas Personifikasi adalah majas yang menggantikan benda mati dapat bersikap layaknya manusia
Ø  Pembungkus yang berjasa. Pembungkus seolah manusia yanga berjasa
·         Majas Metafora  adalah majas dimana sebuah objek yang bersifat sama dengan pesan yang ingin disampaikan dalam bentuk ungkapan
Ø  Bukan plastik tapi kertas usang tak terpakai, menggambarkan pesan yang ingin di sampaikan melalui objek kertas usang dan plastik.
·         Majas Alegori adalah majas yang membandingkan suatu objek dengan kata-kata kiasan
Ø  Masihkah ada yang membelai sebelum membuangnya? , kata membelai berartikan memperhatikan atau memberi perhatian






7)       Kata Kongkret
Kata kongkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang.
Contohnya :
·         “pembungkus yang berjasa” berartikan seseorang yang berjasa
·         “penuh kisah bertulis duka lara” mencerminkan kehidupan seseorang yang penuh kisah kesedihan.
·         “dibuang tanpa dibaca” tidak diiraukan oleh orang disekitarnya, tanpa melihat jasa sedikitpun darinya.

8)      Tipografi, puisi karya W.S. Rendra berjudul pembungkus tempe terdiri atas tiga bait, di bait pertama terdiri atas empat baris kemudian bait kedua dan ketiga masing-masing terdiri atas tiga baris. Pada bait pertama dan ketiga memiliki huruf vokal yang berbeda-beda pada akhir setiap barisnya dan pada bait kedua memilihi huruf yang sama pada akhiran setiap barisnya.

9)      Diksi merupakan pilihan kata yang dipakai untuk mengungkapkan perasaan melalui puisi tersebut.
Pembungkus tempe, penulis menggunakan kata pembungkus tempe untuk menggakbarkan keseluruhan bagian dari puisinya, pembungkus tempe adalah kata kiasan yang mengibaratkan seseorang sebagai pembungkus yang merjasa untuk seseorang(tempe) meskipun pada akhirnya pembungkus tersebut di buang,















2.      Unsur Ekstrinsik
1)      Biografi Pengarang
Ø  Willibrordus Surendra Broto Rendra
Ø  Nama Lengkap :  Willibrordus Surendra Broto Rendra
Ø  Alias : WS Rendra
Ø  Profesi : Sastrawan
Ø  Agama : Islam
Ø  Tempat Lahir : Solo, Jawa Tengah
Ø  Tanggal Lahir : Kamis, 7 November 1935
Ø  Zodiac : Scorpion
Ø  Warga Negara : Indonesia
Ø  Istri : Sunarti SuwandiBendoro Raden Ayu Sitoresmi PrabuningratKen Zuraida
Ø  Anak : Teddy Satya NugrahaAndreas Wahyu WahyanaDaniel SetaSamuel MusaKlara SintaYonas SalyaSarah DrupadiNaomi SrikandiRachel SaraswatiIsaias SadewaMaryam Supraba
Ø  Ayah : R. Cyprianus Sugeng Brotoatmodjo
Ø  Ibu : Raden Ayu Catharina Ismadillah



Kabarnya, inisial W.S berubah menjadi Wahyu Sulaiman, setelah Rendra menjadi seorang muslim. Rendra adalah anak dari pasangan R. Cyprianus Sugeng Brotoatmodjo dan Raden Ayu Catharina Ismadillah. Ayahnya merupakan seorang dramawan tradisional dan guru Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa di sekolah Katolik, Solo, sedangkan ibunya adalah penari serimpi di keraton Surakarta. Rendra semula adalah seorang Kristen, tetapi kemudian ia menjadi muallaf yang memeluk Islam ketika menikahi istrinya yang kedua. 
Pria yang pernah menikah 3 kali ini mulai mengenal sastra saat kuliah di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Ia aktif menulis ratusan cerpen dan esai di berbagai majalah, ia juga menciptakan sajak dan lagu. Bakat sastra Rendra sudah mulai terlihat ketika ia masih duduk di bangku SMP. Saat itu ia menunjukkan kemampuannya dengan menulis puisi, cerita pendek dan drama untuk berbagai kegiatan sekolah. Ia juga mementaskan beberapa drama karyanya dan tampil sebagai pembaca puisi yang sangat berbakat.
Puisi Rendra berhasil dipublikasikan ke media massa untuk pertama kalinya di majalah Siasat pada 1952. Setelah itu puisi-puisinya lancar mengalir muncul di majalah lain, terutama majalah era 60-an dan 70-an, seperti Kisah, Seni, Basis, Konfrontasi, dan Siasat Baru. Selain di dalam negeri, karya-karya Rendra juga terkenal di luar negeri. Banyak karyanya yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa asing, di antaranya bahasa Inggris, Belanda, Jerman, Jepang dan India.

2)      Latar belakang sosial masyarakat
Puisi di atas dibuat agar kita dapat menghargai jasa orang sekecil apapun itu, terutama jasa pejuang yang telah gugur dijaman penjajahan. Oleh lebab itu puisi ini di ciptakan karena  keprihatinan penulis melihat masyarakat yaang terbiasa menganggap usaha orang sebagai angin lalu semata terlebih lagi untuk para pejuang kita.

No comments:

Post a Comment